Tafsir Surat As Shaff Ayat 7

Oleh: ZK


وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الإسْلامِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.(QS.61:7) Baca lebih lanjut

Tafsir Ash-shaff Ayat 9

Oleh : ZK


هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.(QS.61:9)

Baca lebih lanjut

Kepalsuan Hadits Ahmadiyah tentang Gerhana

Segala puji bagi Allah semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi akhir zaman Muhammad bin Abdillah kepada para keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya hingga hari kiamat. Amma ba’du:

Kita mungkin pernah membaca atau mendengar dalil yang selalu didengungkan oleh kelompok Ahmadiyah Qadiyani untuk membuktikan kebenaran kenabian Mirza Ghulam Ahmad seperti yang beredar di situs maupun buku-buku ahmadiyah tentang hadits gerhana. Baca lebih lanjut

Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Penutup Pintu Kenabian (Bag. 2)

Oleh: ZK

Dalam mengartikan ayat khaatama (al)nnabiyyiina orang-orang ahmadiyah selalu berputar-putar dan berbeli-belit. Ada kalanya mengartikannya dengan “yang paling mulia” di antara semua Nabi, ada kalanya dengan “Cincin para nabi”, adakalanya “Cap atau stempel para nabi”. Dari arti-arti yang selalu berubah-ubah itu, setelah kalah berargumentasi dan terdesak akhirnya mereka terpaksa mengakui, bahwa maksud ayat khaatama (al)nnabiyyiina itu adalah “Nabi terakhir”. Namun demikian mereka tetap berkeras kepala dengan mengatakan bahwa maksud kalimat tersebut adalah “Nabi Terakhir yang membawa syariat saja”. Karena kata Al-nabiyyin dengan artikel alif lam ta’rif, memberi arti tertentu saja yaitu untuk nabi-nabi yang membawa syariat saja. Adapun Nabi yang tidak membawa syariat seperti Mirza Ghulam Ahmad umpamanya bisa saja datang sesudah Rasulullah SAW. Baca lebih lanjut

Tafsir Az Zukhruf 57-59

Oleh: WR



وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ

Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu bersorak karenanya. (QS.43:57) Baca lebih lanjut

Gelar Khaatam yang diberikan oleh Manusia

6f7e2622

Oleh: TN

Bagi penganut ahmadiyah bahwa arti khaatam bukanlah penutup dengan alasan bahwa gelar yang disandang oleh manusia seperti Imam Suyuthi mendapat gelar “khaatam-ul-muhadditsin”, Abu tamam, seorang penyair muslim kenamaan diberi gelar oleh pengagumnya sebagai “khaatam-usy-syu’araa” dan masih banyak lagi orang-orang yang terkenal lainnya diberi gelar oleh pengagumnya dengan mengaggunakan insial “khaatam”. Jika khaatam yang ada pada gelar-gelar itu diartikan dengan penutup, menurut ahmadiyah akan menjadi janggal serta bertentangan dengan kenyataan. Menurut ahmadiyah, Apakah setelah Imam Suyuthi tidak ada lagi ahli Hadits di dunia ini? Apakah setelah Abu Tamaam wafat tidak ada penyair lagi? Dari kenyataan ini orang-orang ahmadiyah qadiani mengatakan kata khaatam tidak bisa diartikan dengan penutup. Baca lebih lanjut

Kenabian Terakhir dalam Pandangan Riwayat-Riwayat

79b73a91

Oleh :  CK

Riwayat Imam Ali

  • “….Allah SWT untuk memenuhi janjinya dan menyempurnakan serta mengakhiri kenabian mengutus Muhammad SAW…”(Nahj al-Balaghah, khobtah pertama)
  • Amirul mukminin Ali berkata:”…Rasulullah SAW adalah manusia terpercaya untuk menerima wahyu Allah, penutup, dan nabi terakhir penyampai berita gembira atas rahmat Allah, dan pembawa ancaman akan kemurkaan-Nya…”.(Nahj al-Balaghah, Khotbah ke-168)
  • Baca lebih lanjut

Kenabian Terakhir dalam Pandangan Para Ahli

0cbe4232Oleh : TN

Pendapat Para Ahli tentang Makna khaatam:

  1. Ibnu Faris, salah seorang ulama besar dalam Ilmu Bahasa berpendapat bahwa makna asli dari khaatam adalah mengakhiri sesuatu. Dalam bahasa Arab disebutkan Khatamtul ‘amala bermakna “aku menyelesaikan pekerjaan”. Demikian pula jika menyatakan khatamal qari’u ash-shurata berarti “pembaca al-Qur’an mengkhatamkan (menuntaskan) surah yakni ia membaca surah tersebut sampai akhir. Dengan demikian, kata khaatam bermakna “menutup sesuatu” karena pekerjaan terakhir dalam menjaga sesuatu adalah dengan jalan menutup wadah atau tempatnya. Kata khaatam baik dengan hutuf ta yang berharakat fathah maupun kasrah bermakna demikian karena sudah menjadi kebiasaan mengakhiri surat atau tulisan dengan stempel atau cincin yang menjadi stempel. Mengecap surat berarti bahwa surat tersebut telah berakhir. Nabi Muhammad SAW disebut sebagai khaatamul anbiya karena Nabi terakhir utusan Allah dan yang dimaksud dengan khitamuhu misk yang disebutkan dalam al-Qur’an adalah sesuatu yang terakhir yang tercium ketika meminum minuman tersebut adalah wangi kesturi. (Sumber: Al-Maqayis, huruf kha, ta, mim)
  2. Baca lebih lanjut

Kenabian Terakhir berdasarkan Tafsir

f30c633f

Oleh: TN

Dalam kitab-kitab yang mu’tamad, arti “khataman Nabiyyin” adalah:

  1. Dalam Tafsir Khazen, pada jilid V, halaman 218 arti “khataman Nabiyyin” ialah: Kenabian telah tertutup, tak ada lagi nabi sesudah beliau”.
  2. Dalam Tafsir Nasaffi pada jilid III, halaman 2 artinya:”akhir Nabi, tiada seorang juga lagi Nabi sesudah beliau”.
  3. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, pada jilid III, halaman 493 artinya:”Nabi tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad SAW, begitu juga Rasul tidak ada lagi”. Baca lebih lanjut

Berapa tahunkah ghulam ahmad sebagai nabi?

e0ee058aOleh: RD

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya (QS.69:44-45)

Kedua ayat ini menegaskan bahwa Alquran itu benar-benar berasal dari Allah SWT, bukan buatan Muhammad, bukan syair-syair yang disusun dan bukan pula khayalan-khayalan yang berasal dari perkataan tukang tenung, karena tidak seorang makhluk pun yang sanggup membuat seperti ayat-ayat Alquran itu. Seandainya Muhammad mengatakan sesuatu tentang Kami dan mengucapkan perkataan yang dikatakannya berasal dari Kami, padahal Kami tidak pernah menyatakan atau mengatakannya, pasti Kami pegang tangan kanannya, untuk menerima hukuman dari Kami. Bagi Allah tidaklah berat dan sukar menghukumnya dengan hukuman yang sangat berat sekalipun, karena Kami Maha Kuasa atas segala sesuatu. Baca lebih lanjut